Minggu, 26 April 2015

Keadilan Bagi Rakyat Kecil

“Keadilan adalah mimpi bagi rakyat jelata. Sebaliknya, keadilan mudah dipemainkan oleh mereka yang berduit”


Banyak orang kecil tak berani mengadukan masalahnya ke penegak hukum. Mereka khawatir justru dengan melapor, meraka akan kehingan banyak uang. “lapor kehilangan ayam, uang hilang malah kambing” inilah sepenggal pameo yang beredar dimasyarakat. Sudah menjadi rahasia umum, semua pakai uang. Maka bagi mereka yang tidak punya uang, ya harus menerima nasib: dihukum dan ditempatkan dipenjara yang pengap. Sebaliknya mereka yang berduit, bisa bebas. Kalaupun dipenjara, masih bisa memilih kamar dan fasilitas layaknya dirumah sendiri.

Terlepas dari apapun alasannya, mencuri adalah suatu perbuatan tercela yang pantas mendapatkan hukuman. Akan tetapi, pantaskah ketika hukuman tegas tersebut hanya diberikan kepada rakyat kecil? Ketika golongan berduit yang mencuri uang rakyat, bahkan ketika kerugian yang ditimbulkannya jauh lebih besar dibanding nominal curian sang rakyat kecil, hukuman yang diberikan terkesan lebih ringan. Hukum di negeri ini cenderung tidak berdaya melawan penguasa dan pemilik modal. Para elite negeri ini dapat dengan mudah berkelit dari jeratan hukum, menggunakan kekuasaan dan uang yang ia miliki. Bahkan tidak hanya perangkat hukumnya, aparat penegak hukum juga pemerintah saat ini kurang memiliki keberpihakan terhadap rakyat kecil. Termasuk diantaranya adalah kurang membantu rakyat kecil untuk memperoleh keadilan ketika berhadapan dengan hukum.


Dan juga, apakah penegakan hukum seperti ini mampu menimbulkan efek jera bagi pelaku korupsi yang jelas-jelas merugikan negara sampai milyaran rupiah? Sama sekali tidak. Selama uang masih bisa berbicara, selama aparat hukum masih terbuai dengan materi dan nafsu duniawi, hal ini tidak akan bisa berlaku efektif. Kita tentunya belum lupa dengan adanya sel penjara yang layaknya hotel berbintang, dilengkapi dengan spring bed, TV, serta salon pribadi. Dan kita juga belum lupa kasus tahanan lembaga pemasyarakatan yang dengan suksesnya menyuap aparat untuk bisa menonton turnamen tenis di Bali, juga bertamasya ke Macau. Dua hal ini menjadi bukti jelas betapa penegakan hukum di Indonesia masih mudah dibeli menggunakan uang !
Share:

0 komentar:

Posting Komentar